Kades Gandu Blora, Jaswadi, menyuarakan dilema 60 sumur minyak warisan Belanda. Sumur ini jadi nadi ekonomi warga, namun juga menyimpan bahaya maut yang menanti uluran tangan pemerintah.
Di bawah langit Blora yang tak pernah lelah memproduksi emas hitam, denyut kehidupan warga Desa Gandu, Kecamatan Cepu, berdetak seirama dengan anggukan mesin pompa sumur minyak tua. Ini bukan sekadar pemandangan, melainkan potret nyata sebuah warisan yang menghidupi sekaligus mengancam. Sebuah dilema yang kini disuarakan dengan lantang oleh sang nahkoda desa.
Adalah Jaswadi, Kades Gandu Blora, yang membuka potret dua sisi mata uang ini. Di satu sisi, ada berkah yang tak terhingga. Sekitar 60 sumur minyak peninggalan zaman kolonial Belanda menjadi tulang punggung ekonomi bagi ratusan warganya. Dari sumur-sumur inilah, asap dapur tetap mengepul dan anak-anak bisa bersekolah.
“Ini adalah sumber penghidupan utama kami. Dikelola secara turun-temurun, dari kakek-nenek kami hingga generasi sekarang,” ungkap Jaswadi, Selasa (19/8/2025). Ia melukiskan bagaimana setiap hari, warga dengan sabar menimba 1 hingga 2 drum minyak mentah dari perut bumi. Hasilnya mungkin tak seberapa jika dibandingkan industri modern, namun bagi mereka, setiap tetesnya adalah penyambung nyawa.
Namun, di sisi lain mata uang itu, tersembunyi gambar yang mengerikan: sebuah bom waktu. Metode tradisional yang diwariskan tanpa pembaruan teknologi modern menyimpan risiko yang tak main-main. Percikan api bisa seketika menyulap sumber kehidupan menjadi sumber petaka.
Tragedi kebakaran yang belum lama ini merenggut satu nyawa dan melukai satu lainnya menjadi pengingat pahit akan bahaya yang setiap saat mengintai. Inilah kecemasan yang membuat Jaswadi tak bisa tidur nyenyak. Ia sadar betul, tanpa campur tangan dan bimbingan teknis, warganya terus bertaruh nyawa demi sesuap nasi.
“Kami ini ibarat berjalan di atas tali. Di bawah kami ada kesejahteraan, tapi jika salah langkah sedikit saja, kami bisa jatuh ke dalam jurang api,” tuturnya dengan nada prihatin.
Oleh karena itu, suara Kades Gandu Blora ini lebih dari sekadar pengungkapan data. Ini adalah sebuah permohonan, sebuah ketukan di pintu hati pemerintah dan para pemangku kepentingan. Jaswadi berharap besar pada uluran tangan dari SKK Migas dan Pertamina untuk memberikan pendampingan.
Bukan untuk mengambil alih, melainkan untuk merangkul. Memberikan edukasi tentang keselamatan kerja (K3), membantu modernisasi peralatan yang lebih aman, hingga membuka jalan menuju legalitas yang jelas. Tujuannya satu: agar anggukan mesin pompa minyak di desanya menjadi irama kehidupan yang menenangkan, bukan lagi detak bom waktu yang mencemaskan.
Kini, nasib 60 sumur tua di Gandu berada di persimpangan jalan. Akankah ia tetap menjadi warisan yang terus menghidupi dengan segala risikonya, atau akan bertransformasi menjadi sumber ekonomi rakyat yang aman dan berkelanjutan? Jawabannya tertiup angin Cepu, menanti respons atas suara sang kepala desa.