Satu musim di Juventus, karier Jadon Sancho berada di persimpangan jalan. Analisis mendalam tentang performa, adaptasi, dan masa depan sang winger Inggris di Serie A musim mendatang.
Tepat satu tahun telah berlalu sejak Jadon Sancho mendarat di Turin, membawa serta label bintang terbuang dari Manchester United dan harapan besar dari para tifosi Juventus. Transfer senilai £40 juta itu dipandang sebagai pertaruhan: bagi Juventus yang butuh kreativitas, dan bagi Sancho yang butuh panggung penebusan. Kini, setelah musim debut yang penuh warna, sang winger Inggris justru berada di persimpangan jalan paling krusial dalam kariernya.
Musim pertamanya di Serie A bisa digambarkan sebagai sebuah paradoks. Di satu sisi, kilatan magis yang membuatnya menjadi properti panas di Borussia Dortmund beberapa kali terlihat. Beberapa gol penentu dan assist briliannya turut andil dalam mengamankan posisi Juventus di empat besar dan tiket kembali ke Liga Champions. Momen-momen tersebut seolah menjadi jawaban atas keraguan yang selama ini menyelimutinya.
Namun, di sisi lain, momok inkonsistensi yang menghantuinya di Old Trafford seakan ikut terbang ke Italia. Di bawah arahan taktis Thiago Motta yang menuntut disiplin tinggi, gaya permainan Jadon Sancho yang mengandalkan kebebasan dan intuisi kerap kali tampak terbelenggu. Ada pertandingan di mana ia menjadi pembeda, namun tak jarang pula ia ‘menghilang’ dari permainan, kesulitan menembus pertahanan rapat khas tim-tim Italia.
Adaptasi terbukti menjadi tantangan terbesar. Serie A bukanlah Premier League. Ruang yang lebih sempit dan penekanan pada struktur taktis membuat Sancho tidak bisa hanya mengandalkan kecepatan dan trik satu lawan satu. Media Italia, yang terkenal tak kenal ampun, beberapa kali menyoroti kontribusi defensifnya yang minim dan menuntut lebih banyak dari pemain dengan gaji setingginya.
Kini, memasuki pramusim 2025/2026, narasi penebusan telah usai. Musim kedua ini adalah tentang pembuktian. Ia tidak lagi bisa berlindung di balik status sebagai “pemain baru yang butuh adaptasi”. Manajemen Juventus dan Motta akan menuntutnya untuk naik level, dari sekadar pemain berbakat menjadi pilar serangan yang bisa diandalkan setiap pekan.
Masa depan Jadon Sancho akan ditentukan dalam beberapa bulan ke depan. Apakah ia mampu berevolusi, memadukan bakat alaminya dengan kecerdasan taktis yang dibutuhkan untuk menaklukkan Italia? Atau, apakah ia akan tetap menjadi talenta inkonsisten yang sinarnya hanya muncul sesekali? Jawabannya tidak hanya akan menentukan nasibnya di Juventus, tetapi juga arah sisa kariernya yang pernah digadang-gadang akan mencapai puncak dunia.